|  | 
| Kehidupan Nyata di Balik Sarkem | 
Inilah Kehidupan Nyata di Balik Sarkem (Pasar Kembang) Jogja—
Pasar Kembang, atau biasa disebut dengan Sarkem, merupakan salah satu
    destinasi wisata yang melegenda di Yogyakarta. Sarkem merupakan lokalisasi
    prostitusi yang sudah terkenal bahkan hingga ke mancanegara. Kegiatan
    prostitusi di wilayah ini bahkan sudah terjadi lebih dari seratus tahun
    yang lalu. Kini, keberadaannya tak dapat dipungkiri menjadi salah satu
    penggerak roda ekonomi sektor wisata Kota Yogyakarta, walaupun pemerintah
    melarang kegiatan prostitusi di wilayah ini.
Kali ini Hostel Jogja Murah akan membahas sedikit tentang Kehidupan Nyata    di Balik Sarkem saat ini. Kita akan sama-sama melihat bagaimana wisata
    malam di wilayah Sarkem ini sesungguhnya. 
Sebenarnya, apabila kita melewati Jalan Pasar Kembang, jalan yang menjadi
    nama wilayah ini, kita hanya akan menjumpai sedikit perempuan-perempuan
    pekerja seks. Perempuan-perempuan itu kebanyakan hilir mudik atau duduk di
    atas motor, menunggu adanya pelanggan. Ada juga yang nongkrong di
    angkringan atau lesehan, menunggu calon pelanggan ataupun sedang melakukan
    transaksi. 
Kegiatan utama prostitusi Sarkem yang sebenarnya terjadi di dalam gang-gang
    sempit di walayah itu. Gang itu disebut Gang Sosrowijayan. Gang yang
    lebarnya tidak sampai seukuran badan becak ini hanya bisa cukup untuk
    dilalui satu motor, dan apabila ramai, pejalan kakipun harus bergantian
    karena saking sempitnya. 
Memasuki Gang Sosrowijayan, kegiatan prostitusi mulai terasa. Aroma parfum
    yang menyengat dari para perempuan pekerja seks menyelimuti udara.
    Lampu-lampu jalanan di gang itu sengaja dibuat remang. Sedangkan dari arah
    losmen di sepanjang kiri kanan gang memancar kerlap-kerlip lampu diskotik
    yang menarik perhatian. 
Di Gang Sosrowijayan ini, para perempuan pekerja seks kebanyakan duduk di
    kursi-kursi lobi losmen. Sambil menununggu calon pelanggan, mereka
    bercengkerama, memainkan smartphone, atau merokok. Sekali dua kali menengok
    ke laki-laki yang lewat sambil tersenyum, menawarkan diri. 
Sebagian perempuan lainnya ada yang memilih duduk di kursi-kursi panjang di
    depan losmen. Sama seperti yang lainnya, sambil menengok dan tersenyum ke
    arah laki-laki yang lewat. Apabila ada yang tertarik, tinggal duduk di
    sebelahnya, bertransaksi, tawar menawar harga. Setelah deal, bisa langsung
    masuk ke dalam losmen. 
Semakin malam berada di dalam gang, semakin banyak lalu lalang laki-laki.
    Kebanyakan para lelaki yang datang memang untuk mencari layanan dari
    perempuan pekerja seks ini. Namun ada saja yang datang hanya untuk lewat,
    hanya melihat-lihat, sekedar ingin tahu. 
Kalau datang hanya untuk melihat-lihat, sebenarnya panjang Gang
    Sosrowijayan ini dapat ditempuh hanya dalam waktu 15 menit. Memang gang
    tersebut bukanlah gang yang lurus, tetapi berbelok-belok mengikuti
    bangunan-bangunan yang membentuknya. Namun gang-gang tersebut memiliki
    ujung di Jalan Pasar Kembang dan Jalan Malioboro, yang berarti sebenarnya
    cukup berdekatan. 
Pada tahun 1976, sebenarnya wilayah Sarkem pernah secara resmi dilarang
    untuk dijadikan tempat prostitusi. Namun hingga saat ini, kegiatan
    prostitusi masih menjadi ekonomi utama wilayah Sarkem. Hal ini karena
    masyarakat setempat sendiri sudah terlanjur mengandalkan kehidupan
    ekonominya pada kegiatan prostitusi ini, sehingga sangat sulit apabila
    pemerintah ingin menghilangkan kegiatan prostitusi di wilayah Sarkem ini. 
Kalau kamu ingin lebih mengenal tentang Pasar Kembang atau Sarkem, terutama
    dari sisi historisnya, kamu bisa baca artikel Mengulik Sejarah Pasar    Kembang Jogja Malam Hari.
Rate this posting: {[[' ']]}
']]}


 

 
 

